Tuesday 14 December 2010

Mari memujuk hati


Mengenang kehidupan serba nan pantas mencecah setahun di Labuan, apakah pencapaian saya dan sumbangan bagi memenuhi syahadatul haq, ia makin jauh dan kadang lupa. Tiada dan kosong. Sungguh robotik dan sungguh lemah. Mari ikuti pesanan Aa Gym menerusi artikel beliau;


Bila hidup ini tidak halangan, tentu tidak menarik. Tapi kita harus benar-benar dapat mengukur diri kita. Misalnya, ketika terjadi pertemuan dengan kalangan tertentu, yang membuat keimanan kita turun, bererti pertemuan itu tidak bagus untuk kita. Bererti iman kita belum cukup untuk dapat menangkis pengaruh negatif dari kelompok itu. Maka untuk sementara waktu kita perlu berhijrah dari lingkungan tersebut, dalam rangka menguatkan diri. Sehingga pada waktunya, kita sudah sedia untuk terjun ke dalam kehidupan sebenar, namun kita sudah berbekal dengan kemampuan yang lebih baik. Kita harus mendakwahi mereka, ketika kita sudah yakin dengan kekuatan diri kita.

Yang paling membuat hidup kita tidak selesa adalah kebingungan, ragu-ragu, dan keraguan, kerana setiap yang meragukan membuat hidup kita tidak jelas. Dalam menjalani hidup ini, apabila belum mengenal peta hidup dengan jelas, maka menyebabkan hidup menjadi ragu, dan sangat meletihkan.

Dalam menjalani hidup ini, harus jelas hala tujunya dan bagaimana dalam melangkahnya, siapa Tuhan kita, siapa kita, apa yang bahaya, dan apa yang menyelamatkan, akan ke mana kita, dan sebagainya. Kalau sudah semuanya jelas, maka akan mantap dan tidak akan bingung dalam menjalani hidup.

Manusia diciptakan dan diurus oleh Allah SWT. Tugas kita di dunia ini adalah menjadi hamba Allah. Mematuhi apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang Allah. Perkara rezeki adalah mutlak dalam genggaman Allah. Kalau kita patuh kepada Allah dan yakin dengan kekuasaan Allah, Sang Pemberi rezeki pasti akan menjamin segala keperluan rezekinya.

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. QS At-Thalaq : 2-3

Kita bekerja bukan hanya untuk mencari wang, tapi merupakan amal soleh dalam menjemput rezeki atau nafkah kita. Yang dicari keberkahan dan redha Allah SWT. Orang yang mencari redha Allah tidak akan ragu kepada Allah SWT sebagai pemberi rezeki, pasti kita akan bertemu dengan rezeki kita, selagi tidak membuat perkara haram. Kalau seseorang tidak mencari redha Allah, maka ia akan menghalalkan berbagai cara.

Dengan demikian, berbeza antara orang yang bekerja hanya untuk mencari wang, dengan orang yang bekerja untuk mencari redha-Nya. Orang yang mencari redha Allah, sama sekali tiada keraguan, yakin pasti bertemu dengan rezekinya. Selama sesuai dengan perintah Allah, tidak perlu menghiba-hiba kepada manusia, kerana manusia tidak dapat memberikan apa pun, tanpa izin Pemilik Semesta Alam.

Kita bergaul dengan manusia, bukan untuk menuhankan. Kita bergaul dengan manusia kerana Allah menyuruh kita bergaul dengan manusia dengan baik. Kita berbuat baik bukan untuk dihargai. Orang menghargai, dan mengakui kebaikan kita atau tidak, bukan urusan kita. Urusan kita adalah bergaul dengan manusia dengan baik sesuai perintah-Nya. Tidak boleh takut kepada manusia. Diri kita milik Allah, tak akan jatuh sehelai rambut pun tanpa izin pemilik-Nya. Tidak akan pernah mati, kecuali Allah yang mematikan.

Manusia bukan pemberi rezeki, manusia hanya makhluk sebagai jalan dari ketentuan Allah. Tugas kita jelas, menjemput rezeki kita dengan cara yang halal. Semua anak-anak kita ada rezekinya. Tugas orang tua membawa anaknya mengenal siapa penciptanya, Lukmanul Hakim menjadi contoh bagaimana seorang hamba Allah, yang tidak bertuhankan selain Allah. Beliau mendidik anak untuk mengenal-Nya, dengan itu akan berjumpa dengan rezekinya yang berkat. Dan akan berjumpa dengan rezeki dan takdir terbaik dalam kehidupannya. Setelah kita mati, warisan terbesar kita kepada anak-anak kita adalah keyakinan dan istiqamah taat kepada Allah.

Dunia ini hanya tempat persinggahan. Semua kita akan tinggalkan. Dunia tidak ada apa-apa. Dunia bukan untuk memperhamba kita, tapi dunia diciptakan untuk menjadi pelayan kita. Harta, pangkat, gelaran, tidak ada apa-apa erti. Orang-orang zalim dan ingkar diberi oleh Allah dunia ini. Kemuliaan bukan dengan pencapaian duniawi, tanda kemuliaan bukan dengan berharta atau berpangkat, melainkan dengan takwa.

Takwa itu tandanya hatinya yakin, patuh kepada Allah, lahir batin. Redha dengan semua takdir yang telah ditetapkan Allah. Allah tidak pernah zalim dalam menentukan takdir kita. Jelas hidup ini hanya singgah sebentar di dunia dan dunia tidak dibawa ke alam kubur.

Sekarang masalah apa pun yang menimpa, jangan sibuk dengan orang yang menjadi jalan, melainkan sibuk dengan diri kita yang menjadi penyebabnya. Kebaikan kembali pada pembuatnya, begitu pula keburukan. Tidak ada yang merosak diri kita selain dari keburukan diri kita.

Ketika kita menghadapi kesusahan, kita tidak dapat menyelesaikan dengan kemampuan kita, melainkan dengan pertolongan Allah. Bagaimana jalan keluarnya? Adalah dengan bertaubat.

Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, Allah akan menenangkan hatinya, Allah akan memberi jalan keluar, dan rezeki pertolongan dari yang tidak terduga.
‘maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS Nuh : 10-12)

Rezeki termahal dalam hidup ini adalah hati yang yakin, dan lahiriahnya patuh kepada Allah dengan istiqamah. Kejayaan orang adalah yakin kepada Allah, tidak ada keraguan dalam hatinya. Tidak bersedih hati. Kunci yakin adalah hati yang bersih. Makin bersih dari kemusyrikan, kemunafikan, dan cinta duniawi, hati akan langsung merasakan keyakinan, hati p

eka, doa mustajab, akhlak mulia, dan auranya tenang. Maka jangan ukur kejayaan seseorang dengan duniawinya, melainkan lihatlah sejauh mana keyakinannya yang merupakan kurnia Allah tidak ada tolok bandingannya.

Sekuat tenaga mengharungi hidup, disusuli dengan semangat kebersihan hati. Cari sahabat yang dapat membantu membersihkan hati. Seperti kereta yang tidak berfungsi whipernya maka dia akan risau. Bukan tiada jalan, melainkan tidak dapat melihat jalan. Seperti itu pula ketika kita melihat dengan mata hati yang tertutup dosa. Oleh kerana itu, kembalilah kepada Allah, seperti kaca yang bersih, maka akan tampak semua yang ada, kerana tidak tertutup, seperti udara bagi paru-paru ini, penyelesaian sesungguhnya terhampar dekat kita.


No comments:

Post a Comment

nak komen? silakan. komen anda sangat berharga..